Golkar, Jadinya Mau ke Mana?
Safari politik yang dilakukan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie. Ia menemui Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri), bakal capres dari PDI Perjuangan Joko Widodo (tengah), dan bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan).JAKARTA, KOMPAS.com -- Langkah politik Partai Gokar masih menggantung. Tersisa dua hari pendaftaran bakal calon presiden dan calon wakil presiden, kawan koalisi belum didapatkan. Penjajakan dengan Gerindra putus di tengah jalan. Wacana koalisi dengan Demokrat layu sebelum berkembang. Pendekatan ke PDI Perjuangan tak memberikan harapan. Safari politik ke sana-sini yang dilakukan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie pun belum memberikan jawaban.
Pada Minggu (18/5/2014) malam, Ical kembali bertandang ke rumah Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Ia datang sekitar pukul 20.40 WIB, didampingi sejumlah pengurus Golkar, di antaranya Sekretaris Jenderal Idrus Marham dan Bendahara Umum Setya Novanto.
Rombongan kecil Golkar disambut putri Mega yang juga Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P, Puan Maharani, dan Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Tjahjo Kumolo. Ical melakukan pertemuan empat mata dengan Mega. Tak lama, pertemuan itu berlangsung kurang dari satu jam.
Sebelum meninggalkan kediaman Megawati, Ical sempat melambaikan tangan melalui jendela mobilnya. Di dalam mobil Toyota Alphard hitam itu, Ical ditemani beberapa pengurus Golkar, salah satunya Setya Novanto. Senyum tetap dikembangkannya. Tak ada banyak penjelasan tentang pertemuannya kepada puluhan awak media yang telah menunggu sejak sore hari.
"Belum, belum...," kata Ical berulang kali, saat dikonfirmasi mengenai hasil pertemuan dengan Megawati, Minggu (18/5/2014) malam.
Setelah Ical dan rombongan melesat meninggalkan Jalan Teuku Umar, Tjahjo Kumolo memberikan sedikit penjelasan mengenai pertemuan Mega dan Ical. Menurut Tjahjo, kedatangan Ical untuk menyampaikan keputusan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VI Partai Golkar, sesuai dengan janji yang disampaikannya kepada Megawati dalam pertemuan sebelumnya.
"Enggak ada bicara soal koalisi. Hanya menyampaikan hasil rapimnas, enggak ada keputusan, enggak ada deal," kata Tjahjo.
Sesuai keputusan Rapimnas VI Golkar, kewenangan Ical diperluas. Sebelumnya, ia diberi mandat sebagai bakal capres dari Partai Golkar. Keputusan Rapimnas mengamanatkannya untuk menjadi bakal cawapres dan diminta dapat melakukan langkah politik serta menentukan arah koalisi partai berlambang pohon beringin tersebut.
Muncul usulan dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Tingkat I Partai Golkar agar Ical mengarahkan koalisi ke PDI-P. Alasannya, karena PDI-P dianggap paling berpeluang menang pada Pemilihan Presiden 2014 dan dapat memuluskan ambisi Golkar untuk kembali terlibat langsung di kabinet pemerintahan selanjutnya.
"Kami sebenarnya berharap ke PDI-P, tapi ruang komunikasi kami serahkan ke beliau (Ical). Kalau dengan Demokrat, catatannya Pak ARB (Ical) harus jadi nomor satu (capres)," kata Ketua DPD I Golkar Sulawesi Tenggara, Ridwan Bae.
Upaya penjajakan dengan PDI-P belum memberikan titik terang. Sementara dengan Demokrat, tampaknya juga bernasib sama. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memilih realistis, menegaskan bahwa partainya tak akan merapat ke salah satu poros koalisi. Demokrat siap beroposisi.
Begitu pun dengan Gerindra, meski mendapat banyak tawaran kursi menteri dari Prabowo Subianto, Ical tetap tak mendapat kecocokan. Penghambatnya karena posisi cawapres Prabowo hampir pasti diberikan kepada Ketua Umum PAN Hatta Rajasa.
Mandat yang diberikan Rapimnas VI pada Ical adalah, jika tak ada peluang menjadi capres, posisi Golkar minimal harus menjadi cawapres. Ketika segala upaya mentok di tengah jalan, mau ke mana Golkar?
Sumber : http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/05/19/0650415/golkar.jadinya.mau.ke.mana
0 komentar:
Posting Komentar